Manusia Adalah Alam

Beberapa waktu belakangan ini saya melakukan diskusi kecil-kecilan dengan Kakak Sepupu saya, sambil makan-makan santai dan gibahin problem kehidupan. Kami membicarakan banyak hal terutama mengenai bagaimana sebenarnya manusia dengan alam ini seharusnya berdampingan dalam apa yang disebut sebagai suatu ekosistem. Sampai tiba pada satu titik dimana muncul pertanyaan dipikiran saya tentang apakah sebenarnya yang merusak keseimbangan alam ini manusia atau sebenarnya alam itu sendiri ? Apakah sebenarnya manusia yang butuh alam atau alam yang justru membutuhkan manusia ? Kami mencoba memisahkan terlebih dahulu antara dua subyek ini, dimana manusia dengan alam itu sendiri kami ilustrasikan memiliki identitas yang berdiri sendiri yang berada dalam satu lingkaran utuh. Kakak saya pun menjelaskan dengan bahasa yang sederhana dan singkat tetang hal tersebut dengan mengutip  pembahasan dalam salah satu buku yang berjudul Marx’s Ecology: Materialism and Nature yang ditulis oleh John Bellamy Foster, dimana buku tersebut mengulas pikiran-pikiran seorang filsuf berkebangsaan Jerman bernama Karl Heinrich Marx, dimana substansi dari buku tersebut lebih menekankan pada pemahaman tentang interaksi fundamental antara manusia dan lingkungannya itu. Secara sederhana nya, dasar konsep pikiran Karl Heinrich Marx ini mengenai alam dan mahluk hidup di dalam nya tersebut memiliki kerangka pemikiran relatif sama dengan teori Charles Darwin, yakni megenai evolusi. Dimana alam beserta mahluk hidup yang ada dalam suatu ekosistem tersebut akan berevolusi atau pasti akan terjadi nya perubahan, kira-kira seperti itu lah sepenangkapan saya. Kebanyakan dari kita memiliki persepsi bahwa yang dimaksud sebagai alam itu ya pantai, gunung, hutan. Namun sebenarnya yang dimaksud sebagai alam itu sendiri lebih luas dari itu, perkotaan, rumah kita sendiri, bahkan mahluk hidup yang ada adalah alam itu sendiri termasuk manusia. Hanya saja konteks pembahasan kali ini mengenai alam yang diluar dari manusia itu sendiri. Manusia sebagai spesies paling unggul di dunia ini, memiliki kekuatan dan pengaruh yang begitu signifikan. Mengutip dengan apa yang pernah disampaikan oleh Darwis atau sering dikenal dengan sebutan Tere Liye, beliau adalah seorang penulis yang berasal dari Indonesia mengatakan bahwa “Manusia mungkin saja merasa berkuasa di atas muka bumi ini, merasa sebagai spesies paling unggul, namun sebenarnya mereka dalam posisi sangat lemah saat berhadapan dengan kekuatan alam.” Manusia tentu tidak bisa lepas dari ketergantungan nya terhadap alam, karena alam memberikan apapun yang dibutuhkan oleh manusia itu sendiri sebagai pemenuhan sumber energi hidup mereka. Namun, secara dengan semakin berkembangnya peradaban manusia. Manusia menciptakan kehancuran nya sendiri dengan tidak memperdulikan nasip alam kedepan nya akan seperti apa? Yang penting bisa hidup lebih lama sebisa mungkin demi perut sendiri, dan yang menjadi titik perhatian saya kebanyakan dari kita mulai melupakan dari mana kita berasal dan dari apa kita mengantungkan kehidupan. Masalah sampah, polusi udara, menipis nya hutan atau pemanasan global yang terjadi merupakan akibat yang terjadi dari pilihan yang kita ambil sekarang, jika tidak dilakukan perubahan besar-besaran dalam skala internasional. Maka kita akan semakin mendekati zaman dimana manusia mempunahkan spesies nya sendiri. Gerakan-gerakan yang dilakukan, terutama oleh para aktivis lingkungan merupakan langkah yang sangat membantu keselamatan manusia dan alam. Namun tetap saja jika hanya segelintir orang atau kelompok yang melakukan gerakan, maka hanya akan berputar disitu-situ saja. Yang dilakukan pun hanya mengurangi akibat yang ditimbulkan, bukan perubahan yang sesungguh nya.  Kalau begitu, berarti yang merusak adalah manusia ? Dalam hal ini tidak juga, secara alam memang akan selalu berevolusi juga dengan sendiri nya. Kehancuran-kehancuran yang ditimbulkan kadang murni akibat ulah dari alam itu sendiri. Seperti erupsi atau meletus nya gunung berapi atau tsunami atau gempa bumi, badai atau topan. Akibat yang ditimbulkan tentu menganggu keseimbangan ekosistem yang ada.

"Bumi tanpa manusia itu selayak nya manusia tanpa jiwa"




 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Maka dari itu keseimbangan alam ini menjadi rusak bukan hanya karena ulah manusia, namun alam juga bertanggung jawab atas kehancuran nya sendiri. Masuk pada persoalan kedua, apakah sebenarnya manusia yang membutuhkan alam atau alam yang membutuhkan manusia ? Sangat sulit bagi saya pribadi untuk memilih pilihan tersebut. Karena secara tentu nya manusia tidak bisa lepas dari alam itu sendiri, karena alam adalah tempat dimana manusia memperoleh sumber energi nya untuk hidup, juga  sebagai tempat dimana ia menginjakkan kaki nya sekarang. Secara dari sisi lain, alam juga membutuhkan manusia untuk menjaga keseimbangan dalam rantai kehidupan di bumi ini. Banyak contoh yang bisa diambil, semisalkan berkaitan dengan tumbuhan. Keberadaan manusia menjadi penting bagi tumbuhan karena pada proses fotosintesis nya tumbuhan memerlukan karbondioksida dan manusia adalah penyuplai karbondioksida terbaik dalam hal ini. Tentu pendapat ini akan ditentang oleh beberapa orang yang akan mengatakan “ya biarpun manusia tidak ada, masih ada mahluk hidup lain seperti Singa, Burung, Rusa, dan sebagainya yang tentu juga dapat memproduksi kabondioksida. Dan alam tentu tidak memerlukan manusia dalam hal ini.”  Secara tidak ada salah nya pernyataan tersebut. Hanya saja, saya pribadi meyakini. Alam tanpa manusia itu, sama hal dengan raga manusia tanpa jiwa. Saya percaya manusia memberikan energi tersendiri yang tidak dimiliki mahluk hidup lain, dan itu sangat diperlukan oleh alam demi keberlangsungan nya agar seimbang dalam suatu ekosistem tadi. Jika ditanya apa yang kemudian menjadi dasar saya berpendapat seperti itu ? Seperti hal nya Erich Pinchas Fromm seorang filsuf dan psikologi sosial yang berkebangsaan Jerman. Ia percaya bahwa manusia itu tidak seperti binatang lainnya, karena manusia dianugerahi kemampuan bernalar untuk mampu bertahan dalam berbagai bentuk keadaan yang ada. Saya juga punya keyakinan tersendiri tentang keberadaan manusia, yakni tentang energi-energi tersendiri yang mampu diberikan manusia terhadap alam. Manusia pasti punya alasan kenapa hadir menjadi bagian dari alam itu sendiri. Manusia itu adalah alam itu sendiri, dan dalam alam terdapat manusia yang punya peranan penting. Kedua nya sama-sama membutuhkan, dan bisa saling merusak. Hanya saja, sebagaimana manusia takut akan kepunahannya, maka selayaknya jangan dipercepat. Karena alam juga beradaptasi dengan perubahan atas aksi yang diproduksi manusia. Jadi, bagaimana menurut pembaca sendiri. Apakah sebenarnya yang merusak keseimbangan alam ini manusia atau sebenarnya alam itu sendiri ? Apakah sebenarnya manusia yang butuh alam atau alam yang justru membutuhkan manusia ? Ini hanya pikiran-pikiran kecil, yang mungkin bagi beberapa orang menjadi penting sebagai bahan refleksi diri untuk dapat melahirkan pemikiran-pemikiran lain. Saya tidak tahu pasti apakah tulisan ini memiliki nilai akademisi atau tidak, jika ada maka sekiranya ada sebercak harapan, bahwa pikiran kecil ini membawa perubahan terhadap peradaban manusia. Jika dianggap sebagai basa-basi belaka, maka sekiranya pikiran ini menjadi lawakan belaka. Bahwa ada orang tidak waras yang tinggal di muka bumi ini.

 

Komentar